Add caption |
Suatu hari, temen saya yang bekerja di Kantor
Pemerintah bagian urusan masalah perkawinan menceritakan kepada saya bahwa
masalah-masalah pernikahan/rumah-tangga saat ini semakin lama semakin pelik.
Beberapa waktu yang lalu, sewaktu “praktek” penyelesaian problematika rumah
tangga di buka di kantornya, ia kedatangan sepasang suami istri yang menurut
pengakuannya sudah menikah selama 3 tahun dan datang hendak mengadukan kondisi
pernikahannya yang sudah tidak sehat lagi. Mereka berdua sepakat ingin bercerai
saja. Sang suami bercerita panjang lebar (yang langsung di dengarkan oleh sang
istri) bahwa dirinya tidak mendapatkan kepuasan seks saat “berhubungan” dengan
istrinya. Sang istripun mendengarkannya sambil menangis tersedu-sedu sambil
sesekali menengok pada sang suami. Sang suami terus bercerita bahwa selama
pernikahannya, ia dan istrinya baru 3 kali “berhubungan” seks. Ia lebih sering
berhubungan seks dengan pacar simpanannya (maaf,
bahkan hampir 2 hari sekali) yang selama ini sudah dijalaninya hampir 1
tahun. Oleh karena istrinya dirasa tidak dapat memuaskan hubungan seksualnya,
maka sang suami merencanakan akan menceraikan istrinya dan kemudian menikahi
pacar simpanannya. Temen saya pun keheranan mendengar keluhan ini, dalam benaknya
bertanya bahwa apakah hanya dengan masalah kepuasan hubungan seks aja
pernikahan bisa berantakan atau menjadi lebih harmoni?
Sahabat GF, bila seorang laki-laki dan perempuan
bersepakat untuk merajut ikatan pernikahan selalu di dasari dengan 3 model ikatan.
Model pertama, adalah model ikatan fisik, dimana seorang laki-laki dan perempuan memutuskan
untuk menikah karena adanya ketertarikan fisiknya, seperti karena
cantik/gantengnya atau kekayaannya atau jabatannya atau fisik-fisik lainnya
termasuk hanya karena keinginan agar segera bisa “menikmati” gadisnya. Model kedua adalah model ikatan emosi,
ikatan ini terjadi biasanya karena “kasihan” atau berhutang budi. Model ketiga adalah model ikatan spiritual,
ikatan pernikahan yang dilandaskan pada pemaknaan kehidupan. Ikatan pernikahan
seperti ini dimaknai sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhannya. Mereka telah
memiliki kesepakatan dalam mengelola pernikahannya, dengan satu tujuan untuk
mendapatkan Keberkahan Tuhan dalam keluarganya. Dalam survey yang kami (GF) lakukan, model ikatan spiritual inilah yang kebanyakan
menghantarkan keluarga menjadi harmoni. Mengapa ? karena pernikahan yang hanya
diikat oleh ikatan fisik akan cepat
“layu” bersama dengan bertambahnya umur kita. Demikian juga, bila pernikahan
yang hanya diikat oleh ikatan emosi akan
cepat membosankan karena perasaan mudah berubah. Disisi lain, pernikahan yang
dirajut dengan ikatan spiritual akan memiliki ikatan yang sangat kuat hingga
system limbik (bagian otak yang
berhubungan dengan suasana hati) dari suami-istri tersebut pun akan
mengikat dengan baik dan kuat.
Sahabat,…pernikahan merupakan perjalanan panjang
yang didalamnya terkandung nilai-nilai “ketundukan” kita pada Tuhan. Pernikahan
merupakan wahana untuk mengekspresikan cinta dan kasih-sayang yang tulus
sebagai manusia, melanjutkan keturuanan, menyiapkan generasi yang berprestasi
dunia dan akhirat, membagi berbagai masalah kehidupan dan sederetan misi
lainnya. Jadi,…bukan hanya sekedar urusal seksual,..kan.
Namun
demikian, bila ada masalah keluarga yang berhubungan dengan seksual, sebaiknya
segera diselesaikan dengan mengkaji kemungkinan penyebab terjadinya masalah
hubungan seksual tersebut.
Bila
anda mengalami kwalitas “hubungan” seksual suami-istri yang kurang baik,
sebaiknya anda banyak membaca buku yang berhubungan dengan bimbingan kemesraan
“hubungan” suami-istri. Bila anda merasa bosan dalam “berhubungan” suami-istri,
maka lakukan komunikasi seksual lebih sering, jangan merasa “tabu” lagi.
Mengapa? Karena suami adalah “pakaian” istri dan istri adalah “pakaian” suami. Detailkanlah
komunikasi seksual tersebut hingga membicarakan “poisi” mana yang disuaki dan
yang tidak disukai. Dan bila masih ada masalah, silahkan melakukan konsultasi
khusus pada para ahli kesehatan keluarga.Semoga
bermanfaat,…
SMS : 083131176680
Twitter :@amirzuhdi
Email : dr.amir_zuhdi@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar