Laman

Sabtu, 11 Februari 2012

BELAJAR MENJADI ORANGTUA HEBAT.

Oleh dr.Amir Zuhdi

Add caption
Suatu siang, di kala aku melepas lelah beberapa saat di sudut ruang kerjaku, aku termenung sejenak me “re-call” kembali ingatanku tentang perjalananku menjadi seorang dokter. Sejak kelas 1 SMA salah satu cita-citaku adalah menjadi seorang dokter, yang dapat memberikan ilmunya untuk membantu mencegah timbulnya berbagai pernyakit dan menyehatkan umat manusia, akhirnya akupun memutuskan untuk masuk di Fakultas Kedokteran. Setelah mengikuti seluruh proses pembentukan dokter di fakultas kedokteran yang sungguh sangat ketat, maka akupun menjadi seorang dokter. Demikian juga temenku,…John, ia menginginkan dirinya menjadi seorang ahli keuangan, maka ia pun mengambil kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi. Sekarang John telah menjadi ahli keuangan dan menjadi karyawan di salah satu bank besar di negeri. Bisa kita bayangkan bila saya tidak tuntas dalam belajar kedokteran lalu melakukan praktek dokter . Kalau dipaksakan,…selain melanggar undang-undang kedokteran, bisa ditebak resiko-resiko yang akan muncul. Tentu,…akan terjadi pelanggaran kedokteran yang disebut Mal-Praktek.
Sahabat keluarga yang berbahagia,…ada pertanyaan mengenai diri kita yang sekarang berperan sebagai orangtua yaitu bagaimana kita bisa menjadi orangtua? Dimanakah sekolah/kuliahnya? Ayo..coba tebak. Sepertinya, tiba-tiba saja diri kita langsung menjadi orangtua ketika pertama kali istri kita mengandung lalu melahirkan anak kita. Ya.., mau nggak mau diri kita telah menjadi orangtua yang layak “praktek”, meskipun kita mengakui bahwa kita belum pernah belajar secara detail untukmenjadi orangtua. Memang, sekolah atau universitas belum melayakkan dirinya untuk menyediaakn fasilitas untuk belajar menjadi orangtua apalagi menyediaakan modul-modul pembelajaran untuk menjadi orangtua yang layak “prakteK”.
Kita adalah produk orangtua  yang tanpa sekolah, tanpa ujian, tanpa bayar SPP dan tiba-tiba “dipaksa” harus mengelola keluarga, mengelola anak kita dengan pengetahuan seadanya. Coba tebak resiko apa saja yang akan muncul dan dialami oleh anak-anak kita?. Kasihan,…mereka semua akan dididik oleh orangtua yang belum pernah belajar menjadi orangtua dan boleh jadi “belum layak” menjadi orangtua. Benarkah?
Guru bangsa kita yang bernama Ki Hajar Dewantara, telah mengenalkan kita akan konsep menjadi orang tua yang hebat yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”  artinya “saat di depan harus memberi keteladanan baik, saat tengah senantiasa membangun inspirasi yang konstruktif  dan di saat berada belakang selalu memberi bimbingan dengan cinta”.
Keteladan yang baik sangat penting untuk tumbuh-kembang anak kita. Mengapa? Salah satu cara belajar anak adalah dengan cara meniru. Semua informasi yang ia dengar dan lihat seperti cara bicara kita, cara berperilaku kita, semuanya akan terserap 100 % tanpa ada yang di saring-saring karena anak-anak (khususnya usia 1-5 tahun) menggunakan pikiran bawah sadarnya terlebih dulu untuk belajar alam sekitanya.
Para ahli pendidikan dan psikologi memberikan tools pada kita bagaimana menjadi orangtua hebat dengan 3 langkah yakni Connected, Discovery dan Educate.
1.      Connected, yakni membangun hubungan kedekatan dengan anak. Melakukan connected ini membutuhkan kesungguhan yang serius, dan bisa terbangun bila kita bisa memfasilitasi suatu rasa nyaman (Comfort) dalam perasaan anak. Misalnya bila anak belum mau belajar, jangan di bentak.
Memberi kepercayaan (trush) akan menciptakan nyaman tersebut. Dengan rasa kepercayaan ini,anak akan lebih percaya diri dan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, percaya pada kemampuan dirinya dan akan mudah bangkit bila mengalami kegagalan dalam hidupnya. Disaat kita memberikan kepercayaan itu, kita memposisikan diri kita di “Ing Madya Mangun Karso” yang berperan sebagai inspirator dan “tut wuri handayani” yang berperan sebagai memberi perlindungan dengan rasa cinta.
2.      Discovery, yakni upaya menemukan bakat sang anak. Masing-masing anak memiliki kecerdasan yang diberikan Tuhan. Pada tahun 1980, seorang professor dari Harvard University yang bernama Prof. Howard Gardner yang mengemukakan teori tentang Multiple Intelligences dengan 8 tipe kecerdasan pada manusia yakni kecerdasan linguistic (word smart), music (music smart), logical (logic smart), spatial (spatial smart), tubuh-kinestetik (body smart), Intrapersonal (self smart), Interpersonal (people smart) dan kecerdasan natural (natural smart). Tugas kita sebagai orangtua adalah menemukan bakat kecerdasan tersebut.
3.      Educate, yakni upaya menumbuh kembangkan anak.
Setiap anak dilahirkan untuk menjadi bintang. Anak-anak telah dibekali Tuhan kemampuan belajar yang sangat luar biasa sejak ia lahir, meskipun ia adalah anak yang perlu “kebutuhan khusus.
Di Wonosobo, ada seorang anak yang dilahirkan tanpa kedua tangannya, ia dikenal dengan nama Aceng Wonosobo. Oleh karena cintanya orangtua yang tanpa syarat, membuat tumbuh menjadi anak yang tangguh dan penuh prestasi. Salah satu prestasinya yang fenomenal adalah kemampuan menyanyi dan main gitar dengan kedua kakinya dengan sangat baik. 200 lagu berhasil di nyanyikannya dan ia pun berhak mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasinya itu.
Sahabat keluarga yang berbahagia,…bagaimana dengan kita?....

Twitter                        :@amirzuhdi
Facebook         : http://www.facebook.com/dr.amir.zuhdi
Email               : dr.amir_zuhdi@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar