Sahabat Golden
Family yang berbahagia, masih ingat kisah Ibu Santi dengan Pak Andre yang
datang di tempat konsultasi keluarga untuk mencari solusi atas kemelut
keluarganya. Terima kasih, ingatan pembaca sangat menakjubkan dan tulisan ini adalah
lanjutan dari pembahasan keluarga pak Andre dan ibu Santi yang saat itu saya
beri judul “Masih Bertengkar?”. Dalam sesi konsultasi itu, konsuler melakukan
pemeriksaan yang sedikit unik, pemeriksaan yang belum biasa di lakukan untuk
menangani suami-istri yang sedang dirundung masalah keluarga. Pemeriksaan itu
bernama Test Dominansi Otak Suami-Istri. Ini test yang luar biasa…lho, namun
untuk test kali ini akan dibuat sederhana agar mudah penerapannya bagi
suami-istri. Dan, hasil test di dapatkan bahwa pak Andre lebih dominan
menggunakan otak kiri atas, yang selalu berpikir analisis, pekerja yang baik
dan kurang bicara, detail, selalu hitung-hitungan dan tidak suka berbasa-basi
namun memiliki kwalitas bermesraannya agak berkurang (kurang “hangat’).
Sementara, ibu Santi lebih dominan menggunakan otak kanan bawah, orangnya
“hangat”, penuh perhatian, banyak bicara dan sangat mahir berbasa-basi. Dari
hasil pemeriksaan itu, saya pun memahami mengapa pak Andre dan ibu Santi sering
bertengkar. Bagi ibu Santi, mengekspresikan kasih dan sayangnya harus
diwujudkan dalam “kehangatan”, namun bukan seperti itu menurut pak Andre. Bagi
pak Andre, mewujudkan cita-cita keluargalah yang paling penting. Akhirnya, saya
pun mendamaikannya, bahwa fokus mewujudkan cita-cita keluarga adalah hal yang penting
dan kehangatan juga kalah pentingnya. Akhirnya, pak Andre dan ibu Santi saling
memahami atas kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sahabat Keluarga Indonesia yang berbahagia. Keluarga
dibangun dari 2 insan yang memiliki perbedaan fisik, perbedaan kwalitas emosi
dan spiritualitas. Keluarga, juga dibangun dengan menyatukan 2 keluarga besar_keluarga sang Suami dan sang Istri, yang
memiliki perbedaan yang beraneka ragam pula. Namun demikian, menyatunya 2 insan
yang berbeda itu memiliki sesuatu
yang menarik dicermati yakni energi tarik menarik yang mengikat sepasang
suami-istri. Energi itu adalah Cinta,
yang di dalamnya mengandung nilai-nilai Maaf dan dorongan untuk Memberi sesuatu yang terbaik. Cinta Sejati memang
selalu bersama Maaf dan Memberi yang terbaik buat yang dicintainya. Tanpa itu,
boleh jadi, itu Cinta Palsu atau Cinta Nafsu (cinta yang tidak bertanggung jawab). Dengan Cinta, semuanya bisa
kita wujudkan, termasuk terwujudnya suasana untuk saling memahami antara
Suami-Istri. Agar bisa saling memahami, suami-istri harus melakukan hal-hal
sebagai berikut :
Pertama, Connected,
adalah rasa saling terhubung dan rasa kedekatan yang didasari dari rasa cinta.
Suami-Istri yang connected akan memiliki
cara pandang yang sama ketika mereka menghadapai setiap masalah keluarganya.
Bila suatu ketika ada cara pandang yang belum sama, maka suami-istri tidak
segan-segannya “duduk” bersama dan menemukan kesamaan pandang itu. Mereka
letakkan egonya masing-masing untuk meraih kepentingan yang lebih besar. Mereka
juga menginvestasikan waktu yang berkwalitas (quality time) yang bisa dinikmati bersama-sama. Dengan connected, mereka berdua bisa merasakan
rasa nyaman dan saling percaya.
Kedua, Good Communication, adalah ketrampilan dalam komunikasi yang
baik. Good Communication akan
terbentuk bila kita memiliki kesadaran yang baik disaat kita menentukan pilihan
(respon) terhadap rangsangan yang
datang, dengan menghubungkan “aturan kebaikan” (golden rule) yang sudah
terbangun dalam diri kita dan pilihan tujuan yang akan kita jadikan sebagai
dasar untuk menentukan respon
tersebut. Seperti yang dilakukan oleh pak Andre, ia menyadari bahwa menyelasaikan
masalah sambil meluapkan marah kepada istrinya bukan merupakan solusi yang
tepat. Dan itu terbukti bahwa istrinyapun ternyata bermaksud baik, agar pak
Andre memberi perhatian yang “hangat” pada istrinya. Ketika pak Andre menyadari
masalahnya dengan baik, maka respon yang diberikan juga baik_senyum dan saling
memaafkan. Keluarga yang memiliki Good
Communication akan terbiasakan bersikap dan berperilaku secara positif,
termasuk saling memahami.
Sahabat,
semua keluarga pasti mengharakan untuk menjadi keluarga yang baik. Keluarga
yang tidak saling menjelekkan tapi saling mengindahkan, saling melengkapi kekurangan
pasangannya dengan kebaikan yang dimilikinya. Bila disadari bahwa pasangannya
memiliki kekurangan maka ia yang memiliki kelebihan akan mengajarinya dengan
penuh cinta. Masing-masing pribadi, diciptakan Tuhan dengan kelebihannya
sendiri, itu pasti. Lihatlah kelebihannya itu dan nikmatilah, kita pasti akan
saling memahami.
Sahabat,
akhirnya saya pun menyarankan buat pak Andre dan ibu Santi bahwa bapak dan ibu
adalah pasangan yang serasi dan bisa saling melengkapai. Pak Andre dominan otak
kiri atas dan ibu Santi dominan kanan bawah. Mereka akan saling melengkapi,
saling menyempurnakan, saling mendorong dan saling memberi masukan dan saling
mencintai. Mereka berduapun saling menatap dan akhirnya saling tersenyum,
memaafkan dan “Ma, I love you”, bisik pak Andre. Oh…Tuhan betapa indahnya
keluarga yang saling memahami. Bagaimana
dengan sahabat?
SMS (ceramah) :
0831 3117 6680
Email (konsultasi) :
dr.amir_zuhdi@yahoo.com
Twitter :@amirzuhdi
Facebook :
http://www.facebook.com/dr.amir.zuhdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar